HAKIKAT DAN TIPUAN DUNIA


HAKIKAT DAN TIPUAN DUNIA

(Syarah Doa Kumail)

images

Dalam bait-bait doa Kumail disebutkan :

“Ya Allah, besar sudah bencanaku, berlebihan sudah kejelekan keadaanku, rendah benar amal-amalku, berat benar belenggu (kemalasanku), Angan-angan panjang telah menahan manfaat dari diriku, dunia dengan tipuannya telah memperdayaku.”

Rangkaian doa ini merupakan pengakuan tentang buruknya amal-amal kita, panjangnya angan-angan kita hingga terbeleggu dalam kemalasan diri, dan tertipu oleh gemerlap dunia. Menariknya kita tidak menyadari tipuan dunia yg melanda kita, bahkan kita menikmati tipuan – tipuan dunia tersebut. Inilah kelalaian terbesar diri kita.

Tentu kita harus memahami apa dan bagaimana karakter tipuan dunia itu? Karena sering kali org mencela dunia ini tidak pada tempatnya. Dikisahkan bahwa pada suatu hari seseorg mencela dunia beserta isinya di hadapan Imam Ali as. lalu imam berkata kepadanya “Kenapa engkau mencela dunia, yang menjadi tempat sujudnya para wali dan para Nabi, tempat turunnya wahyu Allah, tempat kita beribadah dan tempat kita bekerja.”

Ketahuilah bahwa celaan pada dunia bukanlah pada wujud materi dunia karena wujud dunia adalah ciptaan Allah Swt dan Allah tidak pernah menciptakan sesuatu yg buruk. Dalam teologi Ahlulbait ditegaskan bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan keburukan. Dalam bahasa filsafat, keburukan itu non eksistensial (ketiadaan). Keburukan itu tidak ada karena Allah tidak pernah menciptakannya. Padahal sesuatu itu ada karena diciptakan Tuhan. Lalu, Kenapa keburukan tidak diciptakan? Jawaban sederhananya karena keburukan itu tidak sesuai dengan wujud Allah Swt.

Dalam konsepnya, penciptaan itu berdasarkan pada hukum kausalitas atau hukum sebab-akibat. Hukum sebab-akibat menyatakan bahwa tidak ada akibat kalau tidak ada sebabnya. Jika sebab telah sempurna maka akibat akan terjadi. Jadi, sebab merupakan sumber dari keberadaan akibat. Ada sebuah kaidah filsafat yang mengatakan “Yang tidak punya tidak bisa memberi”. Misalnya, kalau tidak punya uang, maka tdk bisa memberikan uang. Begitu pula yang tidak punya ilmu tidk bisa memberi ilmu, yang tidak punya kebaikan tentu tidak pula bisa memberi kebaikan, dan  yang tidak mempunyai keburukan pada dirinya  tentu juga tidak bisa memberikan keburukan. Singkatnya, Yang tidak memiliki sesuatu, tidak mungkin bisa memberikan sesuatu tersebut.

Kalau kita memahami teori penciptaan maka kita tahu bahwa penciptaan itu berasal dari keberadaan. Maka Allah sebagai Wajibul Wujud, Wujud Mutlak, atau Wujud Hakiki, tentu mutlak sempurna, yang berarti tidak ada pada diri-Nya keburukan. Sebab, kalau pada Wujud Allah terkandung keburukan, maka berarti wujud-Nya tidak sempurna alias terbatas. Karena keburukan menunjukkan keterbatasan Wujud, keterbatasan ilmu, keterbatasan kekuatan, yang singkatnya tidak sempurna. Manusia yang berbuat buruk disebut tidak sempurna, maka begitu juga dengan Allah swt, jika pd diri-Nya ada keburukan maka Dia juga tidak sempurna. Kalau Dia tidak sempurna, maka tentu dia tidak layak menjadi Tuhan. Oleh karena itu, secuilpun tdk ada keburukan pd Allah.

Dengan memahami hal tersebut di atas, maka karena Allah adalah sebab bagi adanya akibat, maka dengan tidak adanya keburukan pada Wujud Allah, maka tidak mungkin pula tercipta keburukan tersebut. Karena tidak pernah tercipta dari Tuhan, berarti keburukan tidak pernah ada (tidak eksis). Jadi, dengan berpegang pd konsep ini, kita menegaskan bahwa dunia ini beserta alam dan isinya, bumi, langit, binatang, tumbuhan, dan makhluk lainya ciptaan Allah semuanya adalah kebaikan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Alquran bahwa ciptaan Allah adalah kebenaran tidak ada yang salah dan kesia-siaan pada ciptaan Allah. Semua ciptaan Allah ada manfaatnya, dan semua kebradaan di alam ini saling terhubung satu dengan yang lainya. Untuk itulah Imam Ali mengingatkan orang yang mencela dunia yang keberadaanya adalah kebaikan sebagai tempat sujudnya para wali dan nabi, tempat turunnya Wahyu ilahi. Jadi, janganlah mencela dunia yang merupakan ciptaan Allah.

Lantas apa yang dicela dalan Alquran dan hadis-hadis para maksumin?. Yang dicela adalah kecintaanya pada dunia. Sebenarnya dunia ini dibutuhkan bahkan sarana untuk mengantarkan manusia pada kesempurnaanya, tapi dilarang dicintai karena dunia tidak layak secara hakiki untuk dicintai. Dunia bukanlah tujuan hidup kita, tapi dunia ini adalah perantara kita menuju akhirat. Dunia hanyalah tempat singgah sementara manusia.

Dalam banyak ayat Alquran dikatakan bahwa dunia ini adalah permainan, perhiasan dan senda gurau saja. Allah Azza Wa Jalla berfirman; “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yg melalaikan, perhiasa dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan diakhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Alhadid, 20).

Kita sibuk mengejar dunia yg sifatnya sementara hingga melalaikan tempat akhirat yang hakiki. Dalam surat Al-ashri, dikatakan “Demi masa! innal insana lafi khusrin, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian”. Kita rugi karena tidak menjadikan waktu hidup kita di dunia untuk menyempurnakan diri dengan keimanan dan amal saleh yang berguna untuk hidup kita di akhirat yang kekal. Bahkan ketika urusan dunia bertabrakan dengan urusan akhirat kita cenderung mendahulukan urusan dunia dan melupakan akhirat. Karena itu kadang orang tidak peduli dengan halal dan haram. Mereka memperkaya diri dengan uang haram, sehingga banyak orang lebih takut miskin daripada takut Tuhan. Karena itulah umur kita jauh dari keberkahan karena banyak lalainya dan tertipu oleh pemainan dunia. Semoga kita terhindar dari tipu daya dunia yang melalaikan.

(Tulisan ini adalah ringkasan dari ceramah Ustadz Candiki Repantu dalam majelis Doa Kumail di YIAT yang ditulis oleh Riani Azri Alfi)